Satu Indonesia Awards 2013 Aak Kembangkan Lima Hektar Bambu Untuk Lingkungan
SATU Indonesia Awards 2013 : A’ak Kembangkan Lima Hektar Bambu untuk Lingkungan
SURABAYA: Pada tahun 2002, kondisi alam di Gunung Lemongan, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mulai rusak akibat aktivitas illegal logging. Tak kurang dari 6.000 hektar areal hutan lindung di sana berada dalam kondisi kritis dan kering kerontang. Debit mata air di sembilan danaunya menurun, yang antara lain memicu terjadinya bencana longsor dan banjir bandang di Jember pada 2006 lalu. Hijau dan rimbunnya hutan belantara di Gunung Lemongan, kicau burung dan suara satwa liar, serta bening air di ranu dan sungai-sungainya yang disertai kecipak ikan dan udang, tiba-tiba hilang bersamaan dengan hilangnya tawa riang anak-anak di tepi Ranu Lemongan, danau yang selama ini menjadi sumber air dari ratusan hektar sawah di sekitarnya.
Sebenarnya, banyak masyarakat yang sedih melihat kondisi ini. Tak sedikit pula di antara mereka yang menyesal akibat keterlibatan dalam aksi tebang pohon demi sejumlah rupiah. Namun tidak ada yang tahu siapa yang harusnya bertanggung jawab atas kondisi ini. Gunung Lemongan pun terlantar mengenaskan.
Tanpa harus menunggu pihak yang datang untuk bertanggung jawab, A’ak Abdullah Al-Kudus mulai menghijaukan kaki Gunung Lemongan bersama beberapa orang rekannya pada 2005, dan menggagas komunitas Laskar Hijau, sebuah kelompok yang mendedikasikan waktunya untuk mengembalikan sumber daya alam hayati dan ekosistem di Gunung Lemongan pada 2008.
Hutan Bambu
Bulan lalu, Laskar Hijau baru saja selesai menanam Bambu Petung Hitam di areal tanah seluas lima hektar. Penanaman bambu di areal kaki Gunung Lemongan yang paling bawah ini telah dimulai sejak November 2012. Harapannya adalah, hutan pohon bambu ini nantinya dapat melahirkan mata air baru dan memproduksi oksigen yang lebih banyak dibandingkan pohon-pohon lain, sehingga pasokan air bersih dan udara segar dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Lemongan.
Meskipun kelompok ini bersifat nirlaba dan mengutamakan jiwa penuh keikhlasan, komitmen Laskar Hijau untuk memperbaiki lingkungannya sangat luar biasa. Empat tahun berselang sejak didirikan, penghijauan ala Laskar Hijau sudah berhasil menghijaukan kembali sedikitnya 400 hektar hutan di Gunung Lemongan. Ranu Klakah, danau terpenting di kawasan tersebut, kembali dipenuhi air. Masyarakat sekitar sudah turut aktif menjaga lingkungan, terutama karena A’ak rajin berdakwah dari kampung ke kampung, membawa petuah tentang amalan penting yang didapat dari menjaga lingkungan. “Masyarakat akan bergerak dengan sendirinya, yang terpenting adalah mereka percaya apa yang kami lakukan mendatangkan manfaat untuk orang banyak,” ujar A’ak.
Harta Karun dari Tempat Sampah
Dalam melakukan penghijauan untuk areal seluas ± 6.000 hektar, tentu dibutuhkan banyak sekali bibit pohon yang jumlahnya bisa mencapai jutaan. Lalu, dari mana Laskar Hijau memperolehnya? Tempat sampah. Bukan sebuah canda, namun ini adalah kenyataan yang dilakukan oleh komunitas penghijau lingkungan ini. Pada hari-hari tertentu, para relawan Laskar Hijau punya jadwal untuk menyusuri setiap tempat sampah di pasar-pasar dan perkampungan-perkampungan guna mengumpulkan biji-biji buah dari beragam jenis yang dibuang. Saat musim durian, mereka akan menyusuri tempat sampah para pedagang durian di wilayah Lumajang,
Probolinggo, Pasuruan hingga Malang. Sementara untuk biji buah mangga, rambutan, kelengkeng, salak, sawo, nangka dan sirsak dengan mudah bisa mereka dapatkan dari tempat sampah di perkampungan-perkampungan sekitar. Khusus untuk biji buah alpukat, tempat sampah yang paling prospektif adalah milik para pedagang es campur. Selain dari tong sampah, banyak pula biji buah-buahan lain yang didapatkan dari pemberian warga masyarakat yang menjadi pasien akupunktur Laskar Hijau (keahlian lain yang dimiliki komunitas ini) serta warga masyarakat lain dan relasi yang peduli dengan kegiatan Laskar Hijau.
Tidak hanya buah-buahan, Laskar Hijau juga mengembangbiakkan bibit-bibit pohon dari tanaman-tanaman penahan air jenis bambu seperti Bambu Petung, Jajang Hitam dan Bambu Andong Besar.
Itulah cerita tentang semangat pemuda yang memiliki visi perubahan ke depan yang mengemuka dalam diskusi kepemudaan SATU Indonesia (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia) Awards 2013 yang digelar di Surabaya, Rabu 3 April 2013. A’ak Abdullah Al-Kudus adalah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2010.
SATU Indonesia Awards 2013
SATU Indonesia Awards merupakan ajang tahunan persembahan PT Astra International Tbk yang dimulai sejak tahun 2010 untuk mencari pemuda-pemudi yang memiliki semangat yang sejalan dengan Astra, senantiasa berkontribusi positif untuk lingkungan sekitar dan memberi manfaat bagi masyarakat luas di lima bidang yaitu Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan, Teknologi dan Wirausaha.
Pendaftaran untuk SATU Indonesia Awards keempat ini dibuka mulai 28 Maret sampai dengan 18 Agustus 2013 dengan persyaratan usia maksimal 35 tahun, program individu bukan kelompok, kegiatan harus orisinal, penggiat/kegiatannya telah berlangsung minimal 2 tahun, belum pernah menerima penghargaan nasional atau internasional, belum diliput oleh media serta bukan karyawan Grup Astra dan Tempo Media Group sebagi mitra kerja program ini.
Tidak hanya calon peserta yang bisa mendaftarkan diri, namun masyarakat yang mengetahui keberadaan dari para pemuda dengan kriteria di atas juga dapat merekomendasikan dan mendaftarkan lebih dari satu orang peserta.
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran dapat dilakukan di www.satu-indonesia.com. Disamping itu ikuti juga berbagai program terkait SATU Indonesia Awards seperti Sebar SATU Indonesia, voting pemenang favorit dan perkembangan SATU Indonesia melalui Facebook Fan Page: Semangat Astra Terpadu dan Twitter: SATU_Indonesia.
Yang akan dinilai tim juri adalah kegiatan yang dapat membantu dan mengupayakan orang lain untuk bisa menjadi mandiri, dengan memberikan solusi, cara atau alat, bukan sekadar memberikan sumbangan atau donasi yang berdampak sementara.
Kegiatan juga bisa berupa pelatihan keterampilan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat yang kurang beruntung, sehingga mereka punya keahlian dan dapat hidup mandiri. Kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan tersebut akan dinilai berdasarkan parameter mulai dari motif kegiatan, hasil yang diciptakan, jangkauan dari program dan komitmen untuk melanjutkan kegiatan.
Dewan juri SATU Indonesia Awards 2013 terdiri dari :
• Emil Salim, Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia
• Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2010-2011
• Nila Moeloek, Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs
• Tri Mumpuni, Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan
• Onno Purbo, Pakar Teknologi Informasi
PT Astra International Tbk akan memberikan bantuan dana keberlangsungan program masing-masing senilai Rp 55 juta dan pembinaan kegiatan bagi para penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2013.
SATU Indonesia Awards bukan hanya sebagai apresiasi, namun juga untuk membangkitkan semangat generasi muda untuk terus menyatukan karya membangun bangsa. Tahun lalu, jumlah pendaftar mencapai 1.088 orang, yang berarti naik 121% dibandingkan tahun 2011 yang hanya berjumlah 492 orang pendaftar.
Statistik ini tentunya menggambarkan perkembangan positif di masyarakat Indonesia, ternyata banyak generasi muda yang membuat perubahan untuk kemajuan bangsa dengan semangat tanpa menyerah dan tanpa pamrih.
SATU Indonesia merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pada prinsipnya di mana pun instalasi Astra berada, harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma, yaitu “Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.”
Komentar
Posting Komentar